Sinyal Perbaikan Keuangan Garuda di Tangan Mantan Bankir Mandiri
Pemerntah memberikan batas waktu kepada Pahala untuk memperbaiki kinerja keuangan Garuda. “Saat diangkat jadi dirut, Pahala ditarget satu tahun menghapus kerugian Garuda oleh Menteri BUMN.”
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury | ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo
Namun, Garuda menderita kerugian US$ 99,1 juta selama tiga bulan pertama tahun ini, sedangkan periode sama 2016 masih bisa mencetak laba US$ 0,83 juta. Penyebabnya, semua komponen beban usaha membengkak, mulai dari operasional penerbangan, pemeliharaan pesawat, bandara, tiket, hingga pelayanan penumpang. Total beban usahanya US$ 1 miliar.
Informasi yang diperoleh D-Inside, pemerintah selaku pemegang mayoritas saham Garuda memberikan batas waktu kepada Pahala untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan tersebut. “Saat diangkat jadi dirut, Pahala ditarget satu tahun menghapus kerugian Garuda oleh Menteri BUMN (Rini Soemarno),” kata sumber itu.
Tiga bulan setelah Pahala jadi bos Garuda, kinerja perusahaan sebenarnya mulai menunjukkan perbaikan. Pendapatan usaha selama semester I-2017 mencapai US$ 1,9 miliar atau meningkat 7%. Secara kuartalan, pendapatan kuartal II-2017 yang sebesar US$ 977,5 juta juga lebih tinggi 7,5% dibandingkan kuartal I.
Peningkatan pendapatan tersebut didukung oleh kenaikan imbal hasil (yield) penumpang secara kuartal sebesar 6,3%. Hal ini sejalan dengan kenaikan jumlah penumpang 3,9% menjadi 17,2 juta penumpang, sedangkan khusus rute internasional tercatat tumbuh 15%.
Alhasil, rugi bersih dari operasional usaha (di luar kejadian luar biasa) pada kuartal II-2017 sebesar US$ 38,9 juta, atau menciut 60,7% dibandingkan kuartal I-2017 maupun lebih kecil 39,2% dibandingkan kerugian pada kuartal II tahun lalu.
(Baca: Modal Susut 29%, Garuda Minta Keringanan Syarat Utang US$ 500 Juta)
Namun, Garuda harus menderita rugi bersih US$ 184,7 juta pada kuartal II-2017 karena mencatatkan pula kerugian akibat mengikuti program pengampunan pajak (tax amnesty). Akibat empat anak usahanya mengikuti program yang berakhir 31 Maret 2017 tersebut, Garuda harus menanggung beban pajak dan administrasi umum sebesar US$ 138,3 juta.
Alhasil, rugi bersih yang diderita Garuda selama semester I tahun ini mencapai US$ 283,8 juta atau membengkak lebih empat kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.
Langkah perbaikan
Meski begitu, Pahala tetap percaya diri memasang target pendapatan sampai akhir tahun nanti sebesar US$ 3,23 miliar. Target itu hampir sama dengan pencapaian tahun lalu yang sebesar US$ 3,28 miliar.
Untuk mencapai target tersebut dan memoles keuangan Garuda agar rugi makin menyusut, bahkan bisa kembali meraup laba, Pahala sudah menyiapkan sejumlah strategi. Antara lain, menggenjot transformasi finansial dengan memasang target efisiensi sebesar US$ 100 juta.
Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah merestrukturisasi rute-rute penerbangan yang ada. Kocok ulang rute-rute tersebut dengan memperhatikan potensi peningkatan kapasitas penumpang karena aneka proyek pengembangan bandara di dalam negeri.
Strategi penambahan dan pengurangan rute penerbangan itu termasuk merotasi sejumlah rute ke jalur yang lebih mendatangkan untung.
Pengurangan rute atau jumlah frekuensi penerbangan dapat dilakukan, misalnya mempertimbangkan frekuensi terbang rute Jakarta-Palembang yang kini sembilan penerbangan per hari. Padahal, rute ini juga menjadi jalur favorit sejumlah maskapai lain sehingga Garuda mempertimbangkan untuk mengubah rute tersebut.
Garuda juga akan menggenjot Citilink untuk penetrasi di pasar penerbangan berbiaya murah (low cost carrier). Dalam tiga tahun ke depan, anak usaha Garuda ini ditargetkan memiliki jumlah penerbangan lebih banyak dibandingkan induk usahanya. Saat ini, Garuda memiliki sekitar 143 penerbangan sedangkan Citilink 45 penerbangan.
Selain itu, Garuda berencana menjual anak usahanya, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, melalui penawaran saham perdana ke publik (IPO) tahun ini. Target perolehan dananya US$ 150 juta yang akan dipakai untuk meningkatkan modal Garuda.
“Kami sudah mendaftarkan (IPO GMF) ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan,” kata Direktur Keuangan Garuda Helmi Iwan Satriyono dalam paparan publik perusahaannya di Jakarta, Selasa (8/8).
Peningkatan modal tersebut bertujuan agar Garuda bisa kembali memenuhi syarat performa keuangannya kepada para pemegang obligasi syariah (sukuk) global senilai US$ 500 juta. Sejak akhir Juni lalu, modal Garuda memang tergerus oleh pembengkakan kerugian dan menciut di bawah US$ 800 juta seperti disyaratkan dalam perjanjian obligasi tersebut.
Garuda berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) sukuk global itu di Hong Kong pada 18 Agustus mendatang, untuk meminta persetujuan mengamendemen perjanjian. Salah satu poinnya adalah menurunkan batasan modal dari US$ 800 juta menjadi US$ 500 juta.